Senin, 05 November 2012

Kita



Kita telah banyak singgah di tempat-tempat berbeda, tempat yang nyata juga tempat impian yang seringkali kita impikan, tempat yang indah juga biasa-biasa saja. Kita pun akhirnya sama-sama tahu bahwa kita adalah ia yang masih hijau soal kehidupan. Kita pun pada akhirnya menjadi mengerti bahwa perjalanan menemukan surga di dunia ini saja memanglah bukan sesuatu yang selalu menyenangkan. Tak jarang kita bersentuhan dengan tangis, dengan luka, dengan air mata, yang membuat hati kita terasa begitu nyeri dan sakit. Ya, akhirnya kita tahu bahwa hidup memang tidaklah mudah. Tetapi, syukurlah, sejauh ini kita berjalan kita masih terus berusaha menjaga langkah ke depan. Meski terkadang kita jatuh, atau berjalan dengan kaki yang pincang.

Kita telah berjalan begitu jauh. Sudah banyak hal yang kita bicarakan, juga telah cukup kita saling mendengar. Sejauh ini kita telah dalam satu jalan yang sama, alur yang sama, tawa yang sama, hujan, dan air mata yang (mungkin) serupa. Kita telah saling turut mendengar, melihat, merasakan, memahami, juga berusaha saling mengerti. Ada banyak hal yang telah kita lalui, menyenangkan atau menyedihkan, tawa atau air mata. Tapi bukan itu masalahnya, kita belum sepakat untuk terus berjalan meluruskan cinta kita dengan sang waktu.

Waktu memang masih menjadi rahasia yang anggun dengan segala pesonanya. Kita tak pernah tahu sampai kapan kita akan masih bisa terus berjalan bersama. Sehari atau dua hari lagi, seminggu atau sebulan lagi, sebentar atau selamanya. Kita tak pernah tahu, karena kita dengan waktu adalah dua hal yang berbeda. Meskipun waktu jualah yang menyatukan kita dengan pertemuan, juga perpisahan. Namun kita punya hak untuk menentukan apa yang akan kita lakukan saat ini. Apakah kita akan mengakrabi kata “berhenti”, atau terus berjalan dan bangga menjadi sebagian dari mereka yang berhasil menang dari kata “menyerah”. Itu pilihan, kau pilih yang mana?

Inginku, aku dan kamu tetap menjadi kita yang terus berjalan menghapus kata “berhenti” dan “menyerah”, untuk terus berjalan sampai pada akhirnya kita bertemu di suatu tempat yang indah, tempat aku dan kamu mengikat sebuah janji untuk yang pertama sekaligus yang terakhir kali.

Menurutmu kenapa kita sejauh ini begitu akrab dengan air mata? Mengapa kita merasa begitu terasing dari hiruk pikuk kebahagiaan yang terhampar disekitar kita? Ya, karena kita belum menciptakannya. Kita tahu, kebahagiaan bukan sesuatu yang kita temukan, tetapi kebahagiaan adalah sesuatu yang kita ciptakan. Lalu, kenapa kita tidak berusaha menciptakan kebahagiaan kita sendiri? Jadi, bersediakah kamu melengkapi salah satu kakiku yang telah pincang? Maukah kamu menemaniku mencipta kebahagiaan itu?

Ah, aku mungkin terlalu berkhayal. Atau mungkin aku telah begitu lancang bermimpi begitu jauh ke depan, mau bagaimana lagi. Tapi, jika kau tak menghendaki berjuang bersama mencipta kebahagiaan itu, maka kau tak perlu hidup bersamaku. Jika kau ingin memposisikan “aku” selalu di depan dan “kamu dibelakang atau sebaliknya, kau juga tak perlu berjalan bersamaku.

Tidak perlu buru-buru, waktuku masih banyak. Masih cukup berani untuk mengulang enam purnama yang luar biasa :). Yang ku mau bukan soal “Iya” atau “Tidak”, tetapi kesungguhan untuk saling berbagi kebahagiaan bersama seseorang yang sampai saat ini masih serba kekurangan: diriku.


| Trenggalek - Malang, 21 Oktober 2012 |

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...