Rabu, 27 Juni 2012

Perempuan Malam


Sejatinya aku bukanlah makhluk suci kawan. Aku hanya ingin mengajakmu sedikit berpikir tentang mereka yang mungkin dalam hidup tidaklah seberuntung kita. Dalam satu perjalananku pada sebuah kota indah penuh makna, aku dipertemukan dengan seorang wanita muda dimana usianya tak lebih dari 20 tahun. Bahkan ketika aku tanya pernah sekolah di mana, ia hanya menjawab dengan sedikit senyuman penuh guratan tangis, "Cuma lulusan SMP mas".

Anak desa yang sebenarnya juga layak mendapatkan pendidikan lebih, penghidupan cukup, tapi "terpaksa" menjadi perempuan malam karena tuntutan ekonomi keluarganya, ibunya sakit, ayahnya meninggal, adik-adiknya yang masih kecil perlu biaya sekolah.

Jika mau jujur, hatiku menangis kawan. Aku pun tak mau ada di tempat seperti ini dengan teman sejuta dengus birahi manusia. Sedangkan hanya untuk berdiri saja mereka tak lagi punya kaki, untuk bercerita lidahnya patah, untuk tersenyum bibirnya layu.

Pernahkah kita berpikir untuk bisa mengangkat mereka dari nerakanya saat ini? Pernahkah terbersit sekali saja dalam benak kita tentang hatinya yang mulia dibalik cibiran kita yang hina? Aku rasa tidak.

Jangan terlalu bodoh berpikir bahwa neraka hanya ada setelah kematian kawan. Saat ini pun, di dunia ini pun mereka menikmati nerakanya karena kita yang memiliki surga seakan-akan buta, tuli, serta tak pernah mau tahu air mata apa yang ia tumpahkan dari pelupuk matanya. Apa yang mereka teriakkan dalam hatinya, apa yngg mereka nyanyikan dalam heningnya, apa yang mereka doakan dalam diamnya.

Air mata darah mana lagi yang tak akan tumpah jika kita tahu makna tatapan matanya. Akankah masih menganggapnya pemuas dahaga ketika suara hati mereka terdengar oleh ketulian kita. "Aku juga ingin merasakan surga selayaknya apa yang kalian rasakan!" Gerutunya dalam tangis serta tunduk wajahnya yang menghiba.

Lalu dimana hati kita saat melihat mereka? Mencibirkah, acuh tak acuhkah, butakah, atau membanggakan diri seraya berkata, "Mereka sangatlah hina"?

Aku hanya mengajak diriku serta siapa saja yang mau dan tidak tertutup hatinya kala membaca ini agar sedikit berpikir tentang mereka. Bahwa mereka juga butuh tangan kita untuk mengangkat mereka dari nerakanya. Selanjutnya, kita sendirilah yang lebih tahu jalan mana yang hendak kita tuju guna menghapus sedikit beban yang ia rasakan.

Maaf saudaraku, aku belum bisa mengangkat dirimu dari nerakamu.
Yakinlah Tuhan tak pernah buta. Ia tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Maaf kawan, tak selayaknya aku katakan ini karena aku bukanlah bagian dari manusia suci.
Aku juga belum mampu mengangkat mereka dari nerakanya.
Hanya menceritakan, bahwa aku pernah bertemu dan turut menikmati senyum dalam tangisnya yang khas.


Note:
- Tulisan Oleh Si Boy dengan sedikit editting.
- Gambar di ambil dari SINI.

2 komentar:

Indri R. mengatakan...

nice~
mampir di blogku yaa.

Sebuah Pelarian mengatakan...

tQ adik, wkwkwkwk :D

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...