Rabu, 21 Maret 2012

Anggap [Jadikan] Saja Pelacur!!

Semalam saya membakar sumur tua samping rumah akibat menyaksikan adegan dalam salah satu sudut fantasi saya. Di sana saya melihat seorang laki-laki menangis sambil memeluk buah hati kesayangannya. Laki-laki tersebut menangis karena istrinya kabur bersama laki-laki lain. Sambil terisak, laki-laki itu membisikkan sesuatu kepada anaknya yang juga turut menangis dipelukannya. “Nak, sudahlah jangan menangis. Ibumu pergi meninggalkanmu menuruti keinginan hatinya. Sudahlah Nak, jangan menangis. Doakan Ibumu segera sadar dan kembali”.

Kalimat tersebut sontak menghantam seluruh saraf kemarahan saya, dan semakin larut ke dalam fantasi yang semakin menjadi. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana hitamnya langit-langit kehidupan ini seandainya hal tersebut terjadi pada saya. Saya tidak tahu, yang pasti tidak hanya menangis yang akan saya lakukan. Semoga hal tersebut tidak akan pernah terjadi pada diri kita, terutama saya, amien.

Kejadian tersebut memang terjadi di alam imajinasi belaka, tapi meskipun begitu saya yakin hal tersebut berpotensi sekali terjadi pada sekitar 7 milyar umat di planet ini. Kalau kita mau sedikit saja lebih jeli melihat di sekitar kita, atau bahkan pada kehidupan kita sendiri problematika seperti itu sering sekali terjadi. Entah tentang partner relationshit kita yang selingkuh, semaunya sendiri, egois, mbalelo, ngentekno ati atau apalah namanya. Intinya, dia makan hati, kita makan saja ampelanya. Hmmm, sungguh saya prihatin sekali.

Berikut saya mencoba melihat fenomena tersebut dari sudut pandang saya. Tapi yang perlu digarisbawahi, saya melihatnya dari segi “Api vs Api”, bukan “Api vs Air” yang biasa digembar-gemborkan. Bukan maksud saya melecehkan dogma atau teori-teori semacam itu, sama sekali tidak. Saya tidak ingin sesuatu yang biasa, saya inginnya yang luar biasa. Hal ini sekaligus menjawab beberapa pertanyaan tentang tulisan saya sebelumnya (relationSHIT). Berikut rahasianya:

Anggap saja dia pelacur


Salah satu cara terbaik untuk menyelesaikan masalah akut dalam relationshit adalah dengan mengakhiri hubungan (putus). Namun putus sepertinya bukanlah cara yang paling diinginkan seseorang untuk menyelesaikan problematikanya. Bisa saja karena alasan masih terlalu sayang, tidak bisa hidup tanpanya, enakan doi kalau putus sehingga kita ingin balas dendam dulu baru putus, karena dia adalah satu-satunya yang bisa nerima kita (bahasa halusnya dia adalah satu-satunya yang mau sama kita), dan seabreg alasan lain yang membuat kita enggan pergi darinya. Sehingga alternatif terheboh adalah dengan menganggap si doi sebagai pelacur/gigolo/PSK/dsmc-nya.

Ya, dengan menganggap doi sebagai pelacur/gigolo/PSK/dsmc-nya. Agak sadis sih, tapi inilah cara terunik menurut saya. Dengan menganggap si doi sebagai pelacur/gigolo/PSK/dsmc-nya minimal kita akan merasa malu menguras tenaga dan pikiran mempersoalkan tingkah bengisnya terhadap kita. Anggap saja kekecewaan dan kesedihan yang kita dapat ini sebagai upah atas jasanya yang telah menemani kesendirian kita selama ini. Memang hal ini amat sangatlah tidak mudah, tapi ingat, ada kemauan pasti ada jalan!!

Gengsi untuk marah padanya


Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, kita harus menanamkan rasa malu yang sebesar-besarnya untuk marah atau hanya sekedar berdebat dengan partner relationshit kita. Saya yakin sekali, amat sangat yakin perdebatan pada kasus ini tidak akan menyelesaikan masalah, tapi justru akan semakin membuat kita kalah. Terlebih lagi kalau pada hubungan kita telah terjangkit virus struktural. Lagian masak iya kita mau cemburu dengan seorang gigolo/pelacur? Di mana letak harkat dan martabat kita sebagai manusia yang berbudi pekerti luhur tahu benar dan salah serta berdasar pada pancasila dan UUD 1945? Igh, amit-amit.

Jangan kalah dengan perasaan


Hal ini memang sangat sulit dilakukan, bahkan profesornya sendiri pun perlu waktu berabad-abad untuk melakukannya. Tapi minimal kita harus sadar, “siape elo siape gue?”. Terlebih lagi kalau si doi belum menjadi pasangan yang sah untuk kita. Pada fase ini sebaiknya yang namanya perasaan disisihkan atau kalau perlu dibuang jauh-jauh. Berikan tuh si cinta hanya untuk orang-orang yang memang pantas kita cintai, jangan dibagi dengan si doi yang suka membuat panas tisi. Berfikirlah positif, jangan main api, dan yang pasti think realistically. Jadi, jangan menjadi pecundang yang kalah dengan istilah perasaan, terlebih hanya sekedar perasaan sesaat.

Bagaimana? Gak tega? Mau setiap hari si liver tersayang meradang panas? Terserah kalian.
Ingat, ini rahasia. Jika kalian ingin menganut paham ini, sebaiknya jangan beberkan rahasia ini kepada pasangan kalian, kecuali kalau kalian mau dianggap sebagai pelacur juga.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...