Senin, 29 April 2013

Selisih


Maaf jika kali ini aku lebih memenangkan egoku untuk diam sembari memikirkan apa yang membuat kita terkadang menjadi begitu asyik dalam keterasingan. Maaf beberapa hari yang lalu aku membentakmu, juga menghardikmu untuk tidak menghubungiku. Maaf jika aku membuatmu cemas tanpa pesan juga kabar dariku. Aku tahu kau sangat mencintaiku, bahkan mungkin melebihi dari yang aku tahu. Aku senang kau begitu perhatian padaku. Aku senang kau menjadi begitu pencemburu: bukankah cemburu merupakan tanda bahwa kita tidak menyerah dalam mencinta?* Tapi kali ini aku rasa kita berseberangan dalam hal 'mencintai'. Di saat-saat seperti inilah terkadang kita perlu melacak kedewasaan kita seorang diri, di situlah sekarang aku berada.

Belakangan kita menjadi sering tak punya waktu untuk berbicara lebih dekat. Kita hanya bertemu dan berlalu begitu saja dengan atau tanpa perasaan yang lekat. Kita menjadi sering kehilangan kesempatan untuk saling mengerti dan mendengarkan. Setiap aku mengeluh, kau ikut mengeluh. Setiap aku marah, kau bahkan jauh lebih marah. Kita lupa, dan hanya saling menyalahkan. Seolah kita bukan lagi dua orang yang berjalan di derasnya hujan. Kita sering lupa bahwa cinta tak hanya cukup kita lalui dengan bersenang-senang atau sekedar tertawa bersama. Lebih dari itu, cinta harus bisa membuka diri, untuk memberi dan menerima dengan setulus hati.**

L, kita sama-sama tahu cinta mungkin mirip semacam dua kaki yang sedang berjalan. Keduanya harus beriringan, sejalan menuju tempat bernama kebahagiaan. Namun barangkali juga sebuah kewajaran jika suatu waktu kita mulus berjalan dengan tawa yang mengembang, dan di suatu waktu yang lain kita harus terjebak dalam kerikil-kerikil ke-egoisan. O iya, untuk yang terakhir ini jangan sering-sering ya? ;)

L, aku tahu aku bukan kekasih yang baik, tapi jangan lantas kamu mengikutiku menjadi kekasih yang tidak baik. Jadilah dirimu yang baik, seperti keyakinan serta kepercayaanku yang menginginkanmu menjadi pendamping terbaik. Kuakui, aku juga bukan pendengar yang baik. Tapi percayalah, aku selalu berusaha mengerti bagaimana cara memahamimu dengan baik.

Maafkan aku jika mencintaimu dengan cara yang terlalu sederhana. Aku hanya ingin mencintaimu tanpa kemampuan apa-apa, yaitu cinta yang hanya meminta dirinya dicintai. Itu saja.

"Aku sok bijak ya? Atau sok tahu?"

Mau bagaimana lagi. Aku sudah lama tidak menulis seperti ini. Aku terlalu sibuk dengan berbagai urusanku sendiri. Rasanya begitu lama kita tidak duduk dan memulai sebuah percakapan kecil, bukan hanya tentang aku, bukan cuma tentangmu, tapi tentang kita. Ah, sepertinya aku jatuh cinta lagi padamu. Tidak apa-apa kan? Lagipula sepasang kekasih tidak berdosa jatuh cinta untuk kedua kalinya.**

Sepertinya benar yang sebelumnya. Rasanya ingin sekali kita segera bertemu. Kita duduk dan berbicara tentang apa saja, terutama mengingat kembali atau sekedar mentertawai kedekatan kita - dari hal-hal terkecil sampai sesuatu yang paling gila.

"Kapan?" ;)

#------------------------------------------------------
- *) Adopsi dari Mario Teguh quotes
- **) Fahd Djibran, Memoria - Curhat Tuan setan
- Malang, 10 April 2013

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...