
Aku masih ingat saat kita melempar tujuan kemana motor yang kita tumpangi akan melaju.
Aku masih ingat betul pewarna yang menepel di bibirmu malam itu.
Hingga malam itu tiba.
Hingga malam itu tiba.
Malam ketika kita duduk berdua di tempat berbeda.
"Ey, kita ini apa?" Tanyamu, ragu-ragu.
"Kita?" Jawabku santai.
"Kita adalah dua manusia yang merindukan bahagia."
“Aku serius”. Katamu dengan rona berbeda.
“Hex, ini bulan ke-3, minggu ke-12, hari ke-90 sejak kedekatan kita”. Ya, aku benar-benar menghitungnya. Aku bahagia ketika kau memberiku kejutan tak berkelas di hari ulang tahunku. Aku suka saat kau perhatian padaku. Aku suka saat kau menggangguku tengah malam. Aku suka saat kau menghukumku dengan sebungkus Nasi Padang yang harus ku antar ke tempatmu.
Tetapi Ey, aku perempuan yang lebih suka diberi kepastian.
NOTE:
- Malang, 21 Juli 2012
- Inspirasi dari SINI
"Kita?" Jawabku santai.
"Kita adalah dua manusia yang merindukan bahagia."
“Aku serius”. Katamu dengan rona berbeda.
“Hex, ini bulan ke-3, minggu ke-12, hari ke-90 sejak kedekatan kita”. Ya, aku benar-benar menghitungnya. Aku bahagia ketika kau memberiku kejutan tak berkelas di hari ulang tahunku. Aku suka saat kau perhatian padaku. Aku suka saat kau menggangguku tengah malam. Aku suka saat kau menghukumku dengan sebungkus Nasi Padang yang harus ku antar ke tempatmu.
Tetapi Ey, aku perempuan yang lebih suka diberi kepastian.
NOTE:
- Malang, 21 Juli 2012
- Inspirasi dari SINI
Tweet |
3 komentar:
karena cinta tak dapat tumbuh di daLam ketidak-pastian. . .
Siapa bilang?
Justru disitu ada sesuatu yang biasa disebut dengan 'ketulusan'...
aq kan yg biLang. .
Posting Komentar