
Apa yang terjadi dengan kami Tuhan? Dimana naluri atas nama-Mu yang biasa kami teriakkan? Dimana Engkau sembunyikan Tuhan? Ataukah telah tertutup sajadah kami, kitab suci kami, atau logika kami yang tak sampai? Tuhan, bumi-Mu kini mengerang, memerah diselimuti darah, memanas penuh bara. Fatwa-fatwa pribadi, kebenaran sendiri telah menjadi pedang tajam yang menembus dan menghancurkan nilai-nilai manusiawi dalam diri kami.
Tuhan, sejujurnya kami tak berniat menggantimu dengan tuhan-tuhan yang baru. Tapi inilah kami, yang selalu buta dan percaya begitu saja dengan tuhan-tuhan kecil yang entah dari mana ia tercipta. Kami bodoh Tuhan, sungguh kami ingin bertemu dengan-Mu dan menanyakan kembali kebenaran-Mu yang kami pelajari semasa kecil dulu. Tapi hati kami telah pecah Tuhan. Mata hati yang biasa kami pakai telah berubah menjadi mata sapi, pelajaran-pelajaran tak kami mengerti yang menjadi santapan kami setiap hari.
Tuhan, apakah engkau telah mati dalam diri kami? Lalu kami ganti dengan tuhan-tuhan yang baru? Arrrrrrrrrrrrrght... Tuhan, sungguh Engkau tetaplah Tuhan. Tuhan kami yang tak akan terganti. Tapi, di sini, di bumi ini, dalam diri kami, kami telah membunuh-Mu dengan cara yang keji.
*NP
- Malang, 31 Agustus 2012
- Gambar diambil dari SINI
Tweet |
0 komentar:
Posting Komentar