Sabtu, 01 September 2012

Di sini Kami telah membunuh-Mu, Tuhan


Hancur sudah bumi-Mu Tuhan. Kami telah saling mengkafirkan. Mata kami, telinga kami, naluri kami sudah tak lagi peduli akan kebenaran. Kami telah saling bakar, saling bunuh, saling berebut benar atas nama-Mu. Tuhan, Engkau tahu kan apa yang terjadi belakangan? Jerit tangis bayi, rintihan suara ibu, bau asap rumah-rumah terbakar, sekelompok manusia dengan celurit dan balok kayu digenggaman menatap penuh dengan kebencian.

Apa yang terjadi dengan kami Tuhan? Dimana naluri atas nama-Mu yang biasa kami teriakkan? Dimana Engkau sembunyikan Tuhan? Ataukah telah tertutup sajadah kami, kitab suci kami, atau logika kami yang tak sampai? Tuhan, bumi-Mu kini mengerang, memerah diselimuti darah, memanas penuh bara. Fatwa-fatwa pribadi, kebenaran sendiri telah menjadi pedang tajam yang menembus dan menghancurkan nilai-nilai manusiawi dalam diri kami.

Tuhan, sejujurnya kami tak berniat menggantimu dengan tuhan-tuhan yang baru. Tapi inilah kami, yang selalu buta dan percaya begitu saja dengan tuhan-tuhan kecil yang entah dari mana ia tercipta. Kami bodoh Tuhan, sungguh kami ingin bertemu dengan-Mu dan menanyakan kembali kebenaran-Mu yang kami pelajari semasa kecil dulu. Tapi hati kami telah pecah Tuhan. Mata hati yang biasa kami pakai telah berubah menjadi mata sapi, pelajaran-pelajaran tak kami mengerti yang menjadi santapan kami setiap hari.

Tuhan, apakah engkau telah mati dalam diri kami? Lalu kami ganti dengan tuhan-tuhan yang baru? Arrrrrrrrrrrrrght... Tuhan, sungguh Engkau tetaplah Tuhan. Tuhan kami yang tak akan terganti. Tapi, di sini, di bumi ini, dalam diri kami, kami telah membunuh-Mu dengan cara yang keji.


*NP
- Malang, 31 Agustus 2012
- Gambar diambil dari SINI

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...