Sabtu, 02 Juni 2012

Seperti Aku Menyukaimu Tanpa Alasan


Malam itu kita duduk berdua di atas motor merah, menembus dinginnya malam, kota bunga. 
Kau duduk dengan sedikit jeda di belakangku.
Jalan sutami.

Bagaimana tentang pertanyaanku kemarin?” Aku mulai percakapan.
Yang mana?” Jawabmu biasa saja.
Aku suka kamu.” Kataku mengingatkan.

Kau hanya diam, entah apa yang kau pikirkan saat itu.

 “Aku yakin kamu sudah memikirkan hal itu. Apapun jawabanmu tak ada yang perlu kau pikirkan lagi.” Aku meraih tanganmu.
 "Jika kau tak menjawab sampai ....... berarti kau menolakku.” Sambil terus ku pacu motorku yang seolah mengejekku lugu.

Sudah setengah perjalanan lebih, kau tetap diam.
Tak ada yang kau katakan selain menarik jaketku yang mengepak terkena angin malam. 
Entah, kedinginan mungkin.
Aku berharap kau lingkarkan lenganmu di tubuhku sebagai tanda penerimaan. 
Ada getaran luar biasa yang menjalar di sekujur tubuhku. 
Perasaan tak biasa, berharap empat kali pengalaman lalu tak lagi menjadi dejavu yang terus berulang.

Tinggal satu belokan lagi, dan kau masih saja terdiam.
Firasatku mengatakan itu bukan sebuah tanda penerimaan.
Ku tarik gas, kencang. Pasrah akan kekalahan.

"Kita sudah sampai."
Kau turun, menatap wajahku yang lebih dulu mencari arah wajahmu.

 “Kamu tak marah kan?” Tanyamu.
Tak ada yang bisa aku katakan selain berusaha tegar, menutupi tangisku di hadapanmu.
Dengan nada lirih kau katakan lagi, “Aku takut setelah ini kau tak mau berteman denganku lagi. Setelah ini kamu pasti menghindar dariku”.
Tenang saja, aku bisa sportif. Semoga...” Jawabku meyakinkanmu.

Lalu kita hanya terdiam.
Hanya mata kita yang saling beradu pandang.

Kita masih bisa jalan berdua kan?” Tanyamu entah dengan maksud apa.
Ya, kapan pun kamu mau, kamu tinggal kasih tau aku dan aku akan menjemputmu. Di tempat ini.” Jawabku yakin.
Dengan manja kau berkata, “Kamu pasti marah sama aku!”.
Beneran, aku nggak apa-apa. Sudahlah...

Seharusnya kamu katakan ini tadi, ketika kita masih duduk di cafe tadi. Kamu nggak pengen tau alasanku?” Seolah ganti kau yang berharap.
Lalu dengan sok tegar aku jawab, “Seperti aku menyukaimu tanpa alasan. Jadi, aku juga tak perlu alasan atas penolakanmu”.
Kamu yakin? Tetap saja aku ngerasa nggak enak sama kamu.
 “Iya, sudahlah. Aku baik-baik saja.” Kataku sambil tersenyum ke arahmu.

Tanpa sepatah kata lalu kau pergi meninggalkanku.
Sepertinya kau menangis.

Aku juga menyukaimu” Samar-samar ku dengar suara itu.
Ah, ku pikir itu hanya perasaanku.
Tak mungkin ku dengar suaramu, sementara sudah tak ku lihat kaos biru kenaanmu.
Aku tarik kembali gasku menelusuri jalanan berangin. Ruko-ruko yang tak asing, bangunan tua, gerobak nasi goreng, jalanan berlubang.

Berisik suara alam bagai nada sedih. Kendaraan berlalu lalang, malam yang tak punya perasaan.
"Kenapa jalan ini terlalu panjang?" Tak seperti ketika aku masih menaruh harap tadi. Jika ku titipkan salamku pada semilirnya angin malam yang merambah ke mana saja ia suka. Pernahkah salam itu benar-benar sampai kepadamu?

Barangkali, malam itu aku adalah salah satu dari ribuan bahkan jutaan manusia yang bersedih. Tapi akulah karang pantai itu. Meski nanti ada kalanya ia kan hilang, habis terkikis, akulah karang pantai itu.


Lalu ku putuskan menerima segala ketidaktahuanku. Ku kemasi barang-barang yang berserakan di hadapanku. Cricket ungu, class mild 16 yang tinggal 5 batang, handphone putih dengan pesan "aku juga menyukaimu". Mencoba menjadi karang pantai yang tenang.

Ah, mungkinkah angin malam telah menyampaikan semua salamku kepadamu?
Entahlah, aku tidak tahu. Seperti hatimu yang tak pernah aku tahu. Sejak 2 tahun lalu...

Seperti aku menyukaimu tanpa alasan. Jadi, aku juga tak perlu alasan atas penolakanmu”.





- Percakapan ini nyata, tapi tentu saja dengan sentuhan fiksi.
- Thanks to Fahd Djibran.
- Gambar oleh Danknerazurri
- Musik oleh Babemilk - Fox Rain

3 komentar:

L mengatakan...

itu warna 'kenaan'nya dbwt fiktif jg y'. . ? ?

Sebuah Pelarian mengatakan...

Yang gak fiktif "dia suka warna biru".
:p

L mengatakan...

cungguh. . ? ?

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...