Minggu, 30 September 2012

“Suatu saat nanti, kita kan indah.” Tak terbantah!!


Untuk diriku,

Hari menemui senja ketika kita sampai di penghujung batas itu. Batas yang sepakat kita pilih sebagai tempat peristirahatan sejenak. Batas yang dulu pernah terasa begitu jauh, sejauh masa lalu. Kini, batas itu nyata dan ada dihadapan kita, atau dihadapanku saja mungkin lebih tepatnya. Kita mungkin telah terikat oleh garis-garis semu yang melintang disetiap jejak yang kita tinggalkan. Sehingga kita terbelit didalamnya, terlilit dan sakit.

Kau pasti lelah.” Lelah dari perjalanan yang menguras, lelah dari senyum yang harus selalu siaga meski hati tak selalu merelakannya. Sudah jauh kita berjalan. Sebentar lagi kita sampai. Sampai pada titik dimana kita harus melepaskan ikatan yang mengurung, dan berani merdeka. Atau, sampai pada kata berhenti, dan menyerah. "Itu pilihan, kau pilh yang mana?"

Kau pasti gerah.” Gerah oleh terik yang menyengat, meresap menjalar ke dalam kulit, mengelus pori yang sempit. Barangkali kita adalah orang-orang yang pernah disuatu ketika menyia-nyiakan matahari, dalam beberapa saat kita menjadi begitu pelupa jika ia: matahari, tak pernah luput mengindahkan pagi kita yang gulita dibeberapa saat sebelumnya. Lagipula apa artinya bunga yang bersemi dan mekar tanpa panas matahari. Kita akan tumbuh dan semakin matang karena kita telah terbakar. Ya, tapi mungkin tidak terus-terusan.

Aku rasa kita tak perlu takut lagi, karena kitalah matahari yang berjalan dihidup kita sendiri. Matahari yang menghidupi juga panasnya yang dengan terpaksa kita hidupkan. Dan aku percaya itu, percaya jika malam mempunyai siang. Kemudian matahari mulai menampakkan indahnya dipenghujung malam yang gelap.

Kau pasti jengah.” Jengah oleh fatamorgana yang menipu. Kesenangan yang membutakan, juga pahit yang terpaksa kita maniskan. Ah, kenapa kita begitu jauh melangkah sedang kita tahu jurang begitu dalam di depan. Ya sudahlah, barangkali didepan sana ada indah yang harus kita buru dengan nafas terengah. Dan aku akan menjadi kita. Kita yang akan menuntunmu, menjadi satu kaki, melengkapi langkahmu yang telah pincang.

Suatu saat nanti, kita kan indah.” Tak terbantah!!



*----------------------------------
- Musik Ariel - Dara (Dhany Rudiana)
- Malang, 30 September 2012

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Aamiin.....

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...