Kamis, 29 Maret 2012

Menggalau Sedunia

Teman lama, kenapa kau begitu pemalu. Tak apalah, akan kutemukan seseorang sepertimu.* Tak mau jika tak sepertimu.

Toh, mencintaimu gratis tanpa syarat. Hanya butuh hati yang tebal, cucuran air mata, dan sedikit sentuhan dari jiwa yang sedang sakit.



Tak apalah ku tulis namamu di tembok-tembok berdebu. Biar dibaca pemulung dan sedikit harapan terdengar kuping busukmu.

Kupuitiskan bahasaku, agar mudah dilihat oleh mata sayumu.
Semua teoriku habis, bersih kuaplikasikan terhadap suasana menyebalkan ini. Mulai dari teori mimpi sampai teori kenyataan. Hidungku berair-air, mataku bernanah-nanah. Menjijikkan melebihi mayat hidup tak bisa mati.

Tiba-tiba aku merasa beruntung tak pernah kucium bau parfummu. Andaikan iya, ku tuntut kau sampai ke akhirat nanti. Sadarku, berandai-andai telah menciptakan dunia lain yang indah. Ku hapuskan kamu dari dunia itu segera.

Aku tak pernah menyesal dengan keputusan yang keluar dari mulutku. Itulah keluaran dari proses panjang berfikirnya aku. Tapi melihatmu sekali lagi, merusak seluruh sistem kerja otak kanan-kiriku. Padahal aku sendiri tak yakin apa mereka masih bekerja.

Aku kasihan sekali. Pada diriku sendiri yang terjebak dalam dunia aneh bernama dunia nyata. Aku mulai berpikir kalau mimpi akan lebih baik untuk kelangsungan hidup spesies macam aku ini. Aku merasa beruntung karena semua ini masih gratis.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...